- Kerajaan Kutai
Kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia adalah kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai beragama Hindu Siwa (dikarenakan salah satu yupa menyebutkan
tempat suci bernama “wapa keswara”
tempat pemujaan dewa siwa.)
Kerajaan ini Terletak di Kalimantan, tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh buah yupa merupakan sumber utama bagi
para ahli untuk menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu
yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu
adalah Mulawarman.
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama
Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta.
Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai yang
bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai
sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk Keluarga.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa
pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan.
Wilayah kekuasaannya meliputi hamper seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat
Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Sumber sejarahnya berupa tulisan / prasasti yang terdapat pada 7
tiang batu yng disebut YUPA. Menggunakan huruf pallawa dan bahas sansekerta.
Dan dipengaruhi oleh agama hindu. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa
raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra
bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah
meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan
nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh
ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja
Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Kehidupan politiknya karena mendapat pengaruh agama hindu, maka
dalam sistem masyarakatnya pun menggunakan sistem kasta. Dalam kehidupan
politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah
Mulawarman, putra Aswawarmana (putra dari
Kudungga). Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai
Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri
keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan
dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para
ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala
suku, yang menurunkan raja-raja Kutai.
Nama-Nama
Raja Kutai:
- Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
- Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
- Maharaja Mulawarman
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Nala Parana Tungga
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia
Kehidupan
sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang
ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut :
- Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.
- Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Kehidupan
ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah
satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan
tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak
diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan
sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan
Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis,
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan
Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Kehidupan
budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui
upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma.
Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih
mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara
tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari
India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan
tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum
Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya
tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya
bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa
resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
- Kerajaan Tarumanegara
Merupakan kerajaan yang
bercorak Hindu, tepatnya Hindu Wisnu (dikarenakan pada prasasti cirauteun
terdapat ukiran kaki dewa wisnu).
Lokasi: sekitaran Banten dan Jakarta
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
Raja-raja
Tarumanegara:
- Jayasingawarman 358-382 M
- Dharmayawarman 382-395 M
- Purnawarman 395-434 M
- Wisnuwarman 434-455 M
- Indrawarman 455-515 M
- Candrawarman 515-535 M
- Suryawarman 535-561 M
- Kertawarman 561-628 M
- Sudhawarman 628-639 M
- Hariwangsawarman 639-640 M
- Nagajayawarman 640-666 M
- Linggawarman 666-669 M
SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
- Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
- Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
- Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.
Berdasarkan tiga berita di atas para ahli
menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya
sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun
400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah
pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut
prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon.
- Kerajaan Melayu
Kerajaan-kerajaan Buddha di Sumatra muncul pada sekitar abad ke-6
dan ke-7. Sejarah mencatat ada dua kerajaan bercorak Buddha di Sumatra, yaitu
Kerajaan Melayu dan Kerajaan Sriwijaya. Nama kerajaan Sriwijaya selanjutnya
mendominasi hamper seluruh informasi tentang kerajaan dari Sumatra pada abad ke
-7 hingga ke-11. Kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan tertua di
Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang bias ditemukan, Kerajaan Melayu
diperkirakan berpusat di daerah Jambi, tepatnya di tepi alur Sungai Batanghari.
Di sepanjang alur Sungai Batanghari ditemukan banyak peninggalan berupa candi
dan arca.
Letak: Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu
merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Pada abad ke-7
yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan
diawal abad ke 15 berpusat di Suruasoatau Pagaruyung.Kerajaan ini berada di
pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi yang oleh para pendatang
disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya
mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum
direbut oleh Kerajaan Sriwijaya.Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri
Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa
yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang
menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari)
kepada raja Melayu.
Sumber
- Berita Cina
-
Berita tentang Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya
Pendeta I-tsing atau I Ching (634-713)dalam pelayarannya dari Cina ke
India tahun 671, singgah di negeri Sriwijaya enam bulan lamanya untuk
mempelajari Sabdawidya (tatabahasa Sansekerta). Ketika pulang dari India tahun
685, I-tsing bertahun-tahun tinggal di Sriwijaya untuk menerjemahkan
naskah-naskah Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. I-tsing kembali ke
Cina dari Sriwijaya tahun 695. Ia menulis dua buah bukunya yang termasyhur
yaitu Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang
dikirimkan dari Laut Selatan) serta Ta-T’ang Hsi-yu Ch’iu-fa Kao-seng Chuan
(Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang).
- Menurut catatan I-tsing, Sriwijaya
menganut agama Buddha aliran Hinayana, kecuali Ma-la-yu. Tidak disebutkan
dengan jelas agama apa yang dianut oleh Kerajaan Melayu.
- Berita lain mengenai
Kerajaan Melayu berasal dari T’ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p’u
pada tahun 961, dimana Kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun
645 untuk pertama kalinya, namun setelah berdirinya Sriwijaya sekitar 670,
Kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina.
- Kitab Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.
- Geographike Sintaxis karya Ptolemy Pengunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 yang menyebutkan maleu-kolon
Negarakertagama, pada tahun 1275, Raja Kertanegara dari kerajaan
di Jawa mengadakan ekspedisi penaklukan ke Sumatra. Ekspedisi tersebut disebut
ekspedisi Pamalayu. Setelah cukup lama di bawah kekuasaan Sriwijaya, Kerajaan
Melayu muncul kembali sebagai pusat kekuasaan di Sumatra. Pada abad 17,
adityawarman, putra Adwayawarman memerintah Kerajaan Melayu. Adityawarman
memerintah hingga tahun 1375. Kemudian, digantikan oleh anaknya Anangwarman.
- Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha tepatnya Buddha
Mahayana (karena adanya bangunan wihara dan tertulis di Prasasti Nelanda) yang muncul pada abad ke-6, pada mulanya berpusat di sekitar
Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah kerajaan
Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya,
dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai kerajaan-kerajaan di
Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha bernama I-Tsing yang pernah tinggal
di Sriwijaya antara tahun 685-689 M. Pada tahun 692, ketika I-Tsing, bias
disimpilkan bahwa Sriwijaya telah menaklukan dan menguasai kerajaan-kerajaan
disekitarnya.
Dari Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja
Dapunta Hyang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah
Minangatamwan, Jambi. Daerah Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu.
Daerah itu merupakan wilayah taklukan pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan
dikuasainya wilayah Jambi, Kerajaan Sriwijaya memulai peranannya sebagai
kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat dan berpengaruh di Selat Malaka.
Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan
meliputi daerah perdagangan Jawa di Selat Sunda.
Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja
Balaputradewa. Pada masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga
dengan penaklukan wilayah-wilayah sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah
Kerajaan Sriwijaya meluas kea rah utara dengan menguasai Semenanjung Malaya dan
daerah perdagangan di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Sejarah tentang Raja
Balaputradewa dimuat dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda dan Prasasti
Ligor.
Raja kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama
Wijayatunggawarman. Pada masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman,
hubungan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Chola dari India yang semula sangat
erat mulai renggang. Hal itu disebabkan oleh seranggan yang dilancarkan
Kerajaan Chola di bawah pimpinan Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya di
semenanjung Malaya. Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan
Sriwijaya.
Sumber sejarah :Berita Asing:
• BERITA ARAB
• BERITA INDIA
• BERITA CINA
Berita dari dalam Negeri:
• Prasasti kedukan bukit
• Prasasti Telaga batu
• Prasasti Talang tuo
• Prasasti Kota kapur
• Prasasti Karang berahi
• Prasasti Ligon nulanda
Kehidupan politik, merupakan
kerajaan maritime terbesar. Beberapa raja nya ialah:
a. Raja daputa hyang
b. Raja balaputa dewa
c. Raja samarottungga
Hubungan kerajaan nya dengan kerajaan lain, seperti:
a. Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Pala
b. Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan cholamandala
a. Raja daputa hyang
b. Raja balaputa dewa
c. Raja samarottungga
Hubungan kerajaan nya dengan kerajaan lain, seperti:
a. Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Pala
b. Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan cholamandala
- Kerajaan Mataram Kuno
Di wilayah Jawa Tengah, pada sekitar abad ke-8, perkembangan
sebuah Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini ada yang becorak hindu dan ada pula
yang Buddha. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno disebut Bhumi Mataram
yang terletak di pedalaman Jawa Tengah. Daerah tersebut memiliki banyak
pegunungan dan sungai seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, dan Bengawan
Solo. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno juga sempat berpindah ke Jawa
Timur. Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
disebabkan oleh dua hal.
Selama abad ke-7 sampai ke-9, terjadi serangan-serangan dari
Sriwijawa ke Kerajaan Mataram Kuno. Besarnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya itu
menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno semakin terdesak ke wilayah timur.
Terjadinya Letusan Gunung Merapi yang dianggap sebagai tanda
pralaya atau kehancuran dunia. Kemudian, letak kerajaan di Jawa Tengah dianggap
tidak layak lagi untuk ditempati.
Sumber Sejarah
Melalui beberapa prasasti.
1) Prasasti Canggal (732 M).
2) Prasasti Balitung (907 M.)
3) Kitab carita Parahyangan.
Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram Kuno dalam rangka untuk mempertahankan wialayah kekuasannya menjalin hubungan dengan kerajaan tetangga, seperti Sriwijaya, Siam, dan India.
Keadaan Masyarakat
1) Kehidupan Ekonomi
Karena letaknya di pedalaman, maka kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno bersumber pada pertanian.
2) Kehidupan Sosial
Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno dalam kehidupan sosialnya dilandasi dengan kehidupan religius dan semangat gotong royong.
Melalui beberapa prasasti.
1) Prasasti Canggal (732 M).
2) Prasasti Balitung (907 M.)
3) Kitab carita Parahyangan.
Kehidupan Politik
Kerajaan Mataram Kuno dalam rangka untuk mempertahankan wialayah kekuasannya menjalin hubungan dengan kerajaan tetangga, seperti Sriwijaya, Siam, dan India.
Keadaan Masyarakat
1) Kehidupan Ekonomi
Karena letaknya di pedalaman, maka kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno bersumber pada pertanian.
2) Kehidupan Sosial
Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno dalam kehidupan sosialnya dilandasi dengan kehidupan religius dan semangat gotong royong.
- Kerajaan Medang Kemulan
Kerajaan Medang kemulan diperkirakan terletak di Jawa Timur,
tepatnya di muara Sungai Brantas. Kerajaan ini ada yang becorak hindu dan ada
pula yang Buddha. Ibu kota Medang Kemulan adalah Watan Mas. Kerajaan ini
didirikan oleh Mpu Sindok, setelah ia memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada awalnya, wilayah kekuasaan
Kerajaan Medang Kemulan mencakup daerah Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, dan
Malang.
Sumber Sejarah
Sumber
sejarah Kerajaan Medang Kamulan berasal dari berita asing dan
prasasti-prasasti.
3 Berita Asing
a. Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
3 Berita Asing
a. Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
b. Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya duta persahabatan dari Jawa.
c.
Berita Prasasti
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Medang Kamulan antara lain:
• Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin.
• Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
• Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
• Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Raja Mpu Sindok.
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Medang Kamulan antara lain:
• Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin.
• Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
• Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
• Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Raja Mpu Sindok.
Kehidupan Politik
Sejak berdiri dan berkembangnya Kerajaan Medang Kamulan, terdapat
beberapa raja yang
diketahui memerintah kerajaan ini. Raja-raja tersebut adalah
sebagai berikut.
Raja Mpu Sindok
Raja Mpu Sindok memerintah Kerajaan Medang Kamulan dengan gelar Mpu
Sindok Isyanatunggadewa.
Dari gelar Mpu Sindok itulah diambil nama Dinasti
Isyana. Raja Mpu Sindok
masih termasuk keturunan dari raja Dinasti Sabjaya
(Mataram) di Jawa
Tengah. Karena kondisi di Jawa Tengah tidak memungkinkan
bertahtanya Dinasti
Sanjaya akibat desakan Kerajaan Sriwijaya, maka Mpu Sindok
memindahkan pusat
pemerintahannya ke Jawa Timur. Bahkan dalam prasasti terakhir
Mpu Sindok (947 M)
menyatakan bahwa Raja Mpu sindok adalah peletak dasar dari
Kerajaan Medang Kamulan
di Jawa Timur.
Dharmawangsa
Raja Dharmawangsa dikenal sebagai salah seorang raja yang memiliki
pandangan politik yang
tajam. Semua politiknya ditujukan untuk mengangkat
derajat kerajaan.
Kebesaran Raja Dharmawangsa tampak jelas pada politik luar
negerinya.
Airlangga
Dalam Prasasti Calcuta disebutkan bahwa Raja Airlangga (Erlangga)
masih termasuk keturunan
dari Raja Mpu Sindok dari pihak ibunya. Ibunya bernama
Mahendradata (Gunapria
Dharmapatni) yang kawin dengan Raja Udayana dari Bali .
Kehidupan Ekonomi
Raja Mpu Sindok mendirikan ibu kota kerajaannya di tepi Sungai
Brantas, dengan tujuan
menjadi pusat pelayaran dan perdagangan di daerah Jawa
Timur. Bahkan pada masa
pemerintahan Dharmawangsa, aktifitas perdagangan bukan
saja di Jawa Timur,
tetapi berkembang ke luar wilayah jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Raja Dharmawangsa, Kerajaan Medang Kamulan
menjadi pusat aktifitas
pelayaran perdagangan di indonesia Timur. Namun akibat
serangan dari Kerajaan
Wurawari, segala perekonomian Kerajaan Medang Kamulan
mengalami kehancuran.
- Kerajaan Kediri
Kerajaan ini ada yang becorak hindu dan ada pula yang Buddha .
Sumber
sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing sebagai
berikut.
Prasasti
• Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa. .
• Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (1117-1130 M).
• Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
• Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus finada.
• Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang.
Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama Chu fan Chi karangan Chu ju kua (1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling wai tai ta (1778 M) karangan Chu ik fei. Kedua buku ini menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13M.
Prasasti
• Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa. .
• Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (1117-1130 M).
• Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
• Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus finada.
• Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang.
Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama Chu fan Chi karangan Chu ju kua (1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling wai tai ta (1778 M) karangan Chu ik fei. Kedua buku ini menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13M.
Kehidupan
Politik
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri
pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.
Pusat kerajaanya terletak di tepi S. Brantas yang pada masa itu telah menjadi
jalur pelayaran yang ramai.
Kehidupan
Sosial
Kehidupan
Sosial di Kerajaan Pajajaran dibedakan kedalam 4 golongan masyarakat yaitu:
- Golongan seniman seperti pemain gamelan, pemain wayang, penari.
- Golongan petani
- Golongan pedagang
- Golongan yang dianggap jahat, seperti tukang copet, tukang rampas, begal, maling dan sebagainya
Kehidupan
Ekonomi
Dibedakan
menjadi sektor :
- Sector Pertanian
Kerajaan
Pajajaran hidup dari pertanian perladangan seperti panggerek (pemburu),
penghuma (peladang), penyadap.
bukti :
kitab Carita Parahyangan
- Sector perdagangan
Kerajaan
Pajajaran memiliki 6 pelabuhan. Setiap pelabuhan dikepalai oleh syahbandar.
Sehingga barang yang sering banyak diperjualbelikan yaitu beras. Masyarakat
Sunda melakukan jual beli menggunakan mata uang berupa ceitis, Calais, mates
dan tumdaya.
Kehidupan
Kebudayaan
Sastra Tulis
-
Kitab Carita Parahyangan
-
Sawakanda atau Serat Kanda
-
Sanghyang Siksakandang Karesian
Sastra Lisan
Berupa cerita
pantun seperti Catra, Haturwangi, Langgalarang Banyk dan Siliwangi.
Masa
keruntuhan
Kerajaan
Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan sunda lainnya,
yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran (1482 – 1579), ditandai
dengan diboyongnya PALANGKA SRIMAN SRIWACANA (Tempat duduk tempat penobatan
tahta) dari
Pakuan ke
Surasowan di Banten oleh pasukan MAULANA YUSUF. Saat itu diperkirakan terdapat
sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak.
Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka
dikenal sebagai orang Baduy.
- Kerajaan Singasari
Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari daerah
Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah
pegunungan yang subur di wilayah Malang, dengan pelabuhannya bernama Pasuruan.
Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari:
- Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
- Kitab Negara Kertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
- Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
- Berita-berita asing (berita Cina), menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan mengirim pasukkannya untuk menyerang Kerajaan Singasari.
- Peninggalan-peninggalan purbakala berupa banguna-bangunan Candi yang menjadi makam dari raja-raja Singasari seperti Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari dan lain-lain.
Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari yang pernah mengalami kejayaan
dalam perkembangan sejarah Hindu di Indonesia dan bahkan menjadi cikal bakal
Kerajaan Majapahit, pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut:
Ken Arok
Ken Arok sebagai raja Singasari pertama bergelar Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa
(Dinasti Keturunan Siwa). Raja Ken Arok memerintah antara tahun 1222-1227 M.
Masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis pada tahun 1227. Ia mati
terbunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken
Dedes dari suami pertamanya Tunggul Ametung).
Raja Kertanegara
Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja
terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singasasri. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya. Upaya yang ditempuh Raja
Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar
negeri.
a. Politik Dalam Negeri
Dalam rangka mewujudkan stabilisasi politik dalam
negeri, Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut:
- Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya.
- Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya.
- Memperkuat angkatan perang.
b. Politik Luar Negeri
Untuk mencapai cita-cita politiknya itu, Raja
Kertanegara menempuh cara-cara sebagai berikut.
- Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
- Menguasai Bali (1284 M).
- Menguasai Jawa Barat (1289 M).
- Menguasai Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan).
- Kertanegara membendung ekspansi Khu Bilai Khan dengan cara :
1) Menjalin kerja sama dengan
negeri Champa
2) Memberantas setiap usaha
pemberontakan
3) Mengganti pejabat yang tidak
mendukung gagasannya
4) Berusaha menyatukan
Nusantara di bawah Singosari.
ASPEK KEHIDUPAN SOSIALKetika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah – daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.
ASPEK KEHIDUPAN EKONOMI
Keadaan perekonomian Kerajaan Singasari yaitu ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil – hasil bumi.
ASPEK KEHIDUPAN BUDAYA
Ditemukan peninggalan candi – candi dan patung – patung diantaranya candi Kidal, candiJaga, dan candi Singasari. Sedangkan patung – patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (Kedua patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
ASPEK KEHIDUPAN AGAMA
Diangkat seorng Dharmadyaksa (kepala agama Buddha). Disamping itu ada pendeta Maha Brahmana yang mendampingi Raja, dengan pangkat Sangkhadharma. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara didharmakan sebagai Syiwa Buddha di candi Jawi, di Sagala bersama – sama dengan permaisurinya yang diwujudkan sebagai Wairocana Locana, dan sebagai Bairawa di candi Singasari. Terdapat prasasti pada lapik (alas) arca Joko Dolog yang ada di taman Simpang di Surabaya, yang menyebutkan bahwa Kertanegara dinobatkan sebagai Jina atau Dhyani Buddha yaitu sebagai Aksobya. Sedangkan arca Joko Dolog itu sendiri merupakan arca perwujudannya. Sebagai seorang Jina ia bergelar Jnanasiwabajra
- Kerajaan Bali
A. LOKASI
Menurut Kitab sejarah Dinasti Tangkuna, kerajaan Bali terletak disebelah Timur Ho-Ling yaitu di “Po-Li”. Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu.
B. SUMBER SEJARAHSumber sejarah yang menjelaskan keberadaan kerajaan Bali adalah sebagai berikut:
1. Kitab sejarah Dinasti tangkuna
2. Cap kecil dari tanah liat
Isi : Mantra-mantra atgam Budha dalam bahasa Sangsekerta.
3. Prasasti Pjengyang (875 Saka)
Isi : Nama Sri (Wali) Lipuram yang berarti sebuah kerajaan di Pulau Bali.
4. Prasasti Belanjong (Sanur,885 Saka)
Isi : Menyebut nama Raja Kesariwarmadewa
5. Prasasti yang berangka tahun 837, 888 Saka
Isi : menyebutkan nama raja Ugrasena’/Sang Ratu Sri Ugrasena, dan menyebutkan Panglapuan di Singhamandawa
6. Prasasti yang berangka tahun 1010, 1020, 1023 Saka
Isi : menerangkan masa pemerintahan Ratu Sri Maharaja Sri Sakalendukirana Isyana Gunadharma Lekasmidhara Wijayatunggadewi (ditafsirkan sebagai wangsakerta/pendiri dinasti) setelah dinasti warmadewa yang kemudian ditafsirkan dinasti Sakelendukirana).
C. STRUKTUR KERAJAAN
Dalam struktur kerajaan lama, Raja – raja Bali dibantu oleh badan penasehat yang disebut “Pakirakiran I Jro Makabehan” yang terdiri dari beberapa Senapati dan Pendeta Syiwa yang bergelar “Dang Acaryya” dan Pendeta Buddha yang bergelar “Dhang Upadhyaya”. Raja didampingi oleh badan kerajaan yang disebut “Pasamuan Agung” yang tugasnya memberikan nasihat dan pertimbangan kepada raja mengenai jalannya pemerintahan. Raja juga dibantu oleh Patih, Prebekel, dan Punggawa – punggawa.
D. KEHIDUPAN POLITIK
Raja-raja dan keadaan pemerintahannya antara lain :
1. Dharmodayana (989-1011 M)
- Memerintah bersama istrinya yang bernama Gunapriyandharmapatmi sampai dengan tahun 1001
- Mempunyai 3 ornag putra yaitu : Airlangga ( yang menjadi raja di Medang kamulan) Marakata dan Anak Wungsu
- Meninggal pada tahun 1011 dan di candikan di Banu Wka
2. Marakata (1011-1022 M)
- Dianggap kebenaran hokum oleh masyarakatnya karena selalu melindungi rakyatnya sehingga selalu ditaati dan disegani olh rakyatnya.
- Untuk kepentingan rakyatnya, beliau membangun sebuah prasada/ bangunan suci didaerah Tapak Siring.
3. Anak Wungsu (1049-1077)
- Paling banyak meninggalkan prasasti (± 28 buah prasasti)
- Keadaan Negara aman dan tentram
- Diperkirakan tidak memiliki putra dari permaisuri yang bernama Bhatari.
- Ia meninggal pada tahun 1077 dan didharmakan didaerah “Tampak Siring”
4. Sri Jayasakti (1113-1150 M)
- Dikeluarkan 2 kitab UU yaitu “Uttara Widdhi Balawan dan Raja Wacana/Rajaniti”.
- Agama Budha dan Syiwa berkembang dengan baik
E. KEHIDUPAN EKONOMI
Berdasarkan prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh Anak Wungsu dapat disimpulkan bahwa
1. Kehidupan ekonomi masyarakat Bali di topang oleh pertanian dengan berbagai macam hasil pertanian yang meliputi padi gaga, enau, pinang, bamboo dam kemiri
2. Penduduk juga memelihara berbagai macam binatang ternak seperti : Kambing’ kerbau, lembu, babi, bebek, kuda dan ayam
3. Kuda merupakan binatang yang paling berharga karena digunakan untuk membawa barang hasil pertanian maupun perdagangan. Jadi disamping bertani masyarakat Bali juga berternak dan berdagang
F. KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA
Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang dianutnya yaitu agama hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai berikut
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu pande besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.
Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan sebagi berikut
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja
Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
1. Prasasti
2. Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
3. Arca misalnya arca durga
4. Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
5. Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
6. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.
- Kerajaan Pajajaran
Pusat Kerajaan Pajajaran awalnya terletak di daerah Galuh, jawa
Barat. Raja pertama Kerajaan Pajajaran bernama Sena. Namun, tahta Kerajaan
Pajajaran kemudian direbut oleh saudara Raja Sena yang bernama Purbasora. Raja
Sena dan keluarganya terpaksa meninggalkan keratin. Tidak lama kemudian, Raja
Sena berhasil merebut kembali tahta Kerajaan Pajajaran.
1. SUMBER
SEJARAH
~
Prasasti
~
Cerita Parahyangan (Kakawin mengenai kerajaan Sunda)
2. BUKTI
KEBERADAAN
〄 Prasasti Canggal (732 M)
Seorang raja
bernama Sanjaya mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Syiwa di daerah Wukir.
Dia adalah anak Sanaha, saudara perempuan Sanna ( Raja Galuh, Ciamis).
3. WILAYAH KEKUASAAN
3. WILAYAH KEKUASAAN
Dalam cerita
Parahyangan disebutkan bahwa Sanjaya memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menaklukkan kerajaan kecil.
4. KEDUDUKAN
IBUKOTA
Berdasarkan
Prasasti Sang Hyang Tapak (1030 M) di tepi sungai Citatih, Sukabumi
diperkirakan pusat kerajaan dipindah ke tempat lain yaitu dari Galuh ke Pakuan
Pajajaran di Jawa Barat bagian tengah di bawah kekuasaan Sri Jaya Bahupati.
Setelah wafat dipindah ke Kawali (Ciamis).
5.
KEPEMIMPINAN DI KERAJAAN SUNDA
a. Masa Raja Rahyang Niskala
Berdasarkan
prasasti Astanagede, Kawali, di Kawali Tengah berkuasa Prabu Raja Wastu yang
dimakamkan di Gunung Tiga.
b. Masa Sri Baduga
Menurut
Kitab Pararaton dan cerita Parahyangan, Rahyang Dewa Niskala digantikan oleh
Sri Baduga Maharaja. Berkuasa selama 7 tahun (1350 – 1357 M). Meninggal dalam
perang Bubat.
c. Masa Prabu Niskala
Sepeninggal
Sri Baduga, tahta diberikan kepada Hyang Bunisara (1357 – 1371 M). Sejak tahun
1371 M tahta diberikan ke Prabu Niskala Wastu Kencana dan menurut cerita
Parahyangan, ia memerintah selama 104 tahun (1371 – 1474 M).
d. Masa Ningrat Kencana
e. Masa Ratu Jayadewata
Menurut
Prasasti Batu Tulis, ia memerintah di Ibukota lama Pakuan Pajajaran (1482 –
1521 M). Pada masa pemerintahannya Sunda terancam karena rakyatnya banyak yang
memeluk agama Islam.
f. Masa Prabu Ratu Dewata
6. KEHIDUPAN
SOSIAL DAN EKONOMI
Perdagangan
:
Pelabuhan
sebagai sentra ekonomi.
Jaringan
Transportasi
- Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa
adalah Majapahit. Nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya.
Ketika orang-orang Madura bernama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik,
mereka menenukan sebuah pohon maja yang berubah pahit. Padahal rasa buah itu
biasanya manis. Oleh karena itu mereka menamakna permukiman mereka itu sebagai
Majapahit. Daerah ini merupakan daerah yang diberikan Raja Jayakateang dari
Kerajaan Kediri kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja
Kertanegara dari kerajaan Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan
dikalahkan oleh Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari
perlindungan kepada Bupati Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan
orang-orang Madura, ia membangun pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi
nama Majapahit tersebut.
1. Sumber Sejarah
Sumber informasi mengenai berdiri dan berkembangnya
Kerajaan Majapahit berasal dari berbagai sumber yakni:
- Prasasti Butak (1294 M). Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan Kerajaan.
- Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama. Kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
- Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
- Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
2. Aspek Kehidupan Politik
Raja Kertarajasa Jayawardhana
Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika
Keraton Singasari saat itu diserbu secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan
Raja Kediri). Dalam serangan itu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil
meloloskan diri dan lari ke Madura untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya
Wiraraja. Atas bantuan dari Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan
diampuni oleh Jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di Tarik. Daerah itu
kemudian dibangun kembali menjadi sebuah perkampungan dan digunakan oleh Raden
Wijaya untuk mempersiapkan diri dan menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu
mengadakan serangan balasan terhadap Kediri.
Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan
Kertanegara, tidak disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja
Jayakatwang (Raja Kediri).
Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina,
sehingga tentara Cina rela bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang
Raja Jayakatwang. Raja Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat
dihancurkan.
Kemenangan dari serangan ini membuat tentara
Cina-Mongol bergembira dan merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden
Wijaya kemenangan ini harus berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian
memutuskan untuk menyerang balik tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta
pora. Serangan yang tiba-tiba dan tak diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden
Wijaya ini membuat tentara Cina-Mongol menjadi kalang kabut. Banyak yang
terbunuh. Yang selamat melarikan diri dan kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di
Jawa hanya tinggal satu kekuatan, yaitu kekuatan dari pasukan Raden Wijaya.
Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292
M Kerajaan Majapahit sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem
pemerintahan Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika
Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertajasa
Jayawardhana.
Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun
1293-1309 M. raden Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu
Tribhuwana, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal
pemerintahannya pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi.
Pemberontakan-pemberontakan itu diakibatkan karena rasa tidak puas atas
jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan-pemberontakan
itu akhirnya dapat dipadamkan.
Raden Wijaya wafat tahun 1309 M dan dimakamkan dalam
dua tempat, yaitu dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu
dan Siwa di Candi Simping (dekat Blitar).
Raja Jayanegara
Raja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra
yang bernama Kala Gemet. Putra ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar
Sri Jayanegara pada tahun 1309 M.
Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328
M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal
sebagai suatumasa yang suram di dalam sejarah Kerajaan Majapahit.
Pemberontakan-pemberontakan itu datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru
(1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti (1319 M).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling
berbahaya dan hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa
mengungsi ke desa Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara
(pengawal pribadi raja) di bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari
menetap di desa Bedander maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau
suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan
istana tidak setuju dan bahkan sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya
merencanakan suatu siasat untuk melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan
dan siasat yang jitu dari Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat
dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan
menduduki tahta Kerajaan Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada,
maka ia langsung diangkat menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama
kemudian diangkat menjadi patih di Kediri (1322-1330).
Ratu Tribhuwanatunggadewi
Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan
seorang putra mahkota. Tahta Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri
Raja Kertanegara yang masih hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang
pertapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya yang bernama
Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas nama atau mewakili ibunya, Gayatri.
Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit
dari tahun 1328-1350 M. pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng
(1331 M). pimpinan pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama
sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat
menjadi Patih Mangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu,
Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai
wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk
Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan
Tribhuwanatunggadewi dengan Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang
mempunyai pandangan luas. Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami
kesamaan dengan politik Gajah Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara
berada di bawah panji Kerajaan Majapahit.
Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun
1350-1389 M. Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu
tiang utama Kerajaan majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan
Majapahit dapat disebut sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan Politik
Persatuan Nusantara. Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga
menimbulkan peristiwa pahit yang dikenal dengan Peristiwa Sunda (Peristiwa
Bubat). Peristiwa Sunda terjadi tahun 1351 M, berawal dari usaha Raja Hayam
Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran, Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima
oleh Sri Baduga. Raja Sri Baduga beserta putri dan pengikutnya pergi ke
Majapahit, dan beristirahat di lapangan Bubat dekat pintu gerbang Majapahit.
Selanjutnya timbul perselisihan paham antara Gajah
Mada dan pimpinan Laskar Pajajaran, karena Gajah Mada ingin menggunakan
kesempatan ini agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan
menjadikan putri Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai
permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran karena dianggap
merendahkan derajat. Akhirnya pecah pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya
Sri baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat.
Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami
kegagalan, karena dengan adanya peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah
menjadi wilayah Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang
secara terpisah dari Kerajaan Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk
kehilangan pegangan dan orang yang sangat diandalkan di dalam memerintah
kerajaan. Wafatnya Gajah Mada dapat dikatakan sebagai detik-detik awal dari
keruntuhan Kerajaan Majapahit. Setelah Gajah Mada wafat, Raja Hayam Wuruk
mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah
Mada. Namun, tidak satu orang pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada.
Kemudian diangkatlah empat orang menteri di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal
itu tidak berlangsung lama. Keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua
orang menteri, yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk
memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan
posisi Gajah Mada.
Keadaan Kerajaan Majapahit seakan-akan semakin
bertambah suram, sehubungan dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja
Hayam Wuruk) tahun 1379 M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan
pembantu-pembantu yang cakap. Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas
setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan
Majapahit.
Sumpah Palapa
Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi
terjadi pemberontakan yang dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng. Pada waktu
itu yang menjadi perdana menteri adalah Arya Tadah. Karena terganggu
kesehatannya, Arya Tadah mengusulkan agar Gajah Mada diangkat menjadi Panglima
Majapahit.
Usul Arya Tadah itu diterima oleh Ratu
Tribhuwanatunggadewi dan selanjutnya Gajah Mada diangkat menjadi pemimpin
pasukan Kerajaan Majapahit untuk memadamkan pemberontakan Sadeng. Namun ketika
Gajah Mada sedang membicarakan siasat perang ia mendapat rintangan dari seorang
menteri kerajaan yang bernama Ra Kembar (pihak golongan Dharmaputra). Gajah
Mada tidak menghiraukan rintangan itu dan atas bantuan dari pasukan Melayu yang
dipimpin oleh Adityawarman, pemberontakan sadeng dapat dipadamkan.
Sebagai penghargaan atas jasanya itu, pada tahun 1331
M Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi Majapahit. Ia menggantikan kedudukan
Arya Tadah.
Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan
sumpahnya dengan nama Sumpah Palapa (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang
menyatakan Gajah Mada tidak akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil
dipersatukan di bawah panji Kerajaan Majapahit.
Untuk mencapai Persatuan Nusantara, berbagai macam
cara dilakukan Gajah Mada. Bahkan selama hidupnya, Gajah Mada selalu
mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya itu.
Cita-cita yang dijalankannya begitu tegas itu menimbulkan peristiwa yang sangat
pahit, yaitu Peristiwa Bubat atau Peristiwa Sunda.
Gajah Mada wafat tahun 1364 M. Dengan wafatnya Gajah
Mada, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang yang sangat diandalkan dan sulit
dicarikan gantinya.
3. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Setelah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, keadaan
Kerajaan Majapahit mengalami masa kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah
menantunya yang bernama Wikrama Wardhana (1389-1429 M) suami dari
Kusumawardhani (putri yang terlahir dari permaisuri). Namun, Hayam Wuruk juga
mempunyai seorang anak laki-laki yang dilahirkan dari selir, bernama Wirabhumi.
Ia diberi daerah kekuasaan di ujung timur Pulau Jawa yang bernama daerah
Blambangan. Pada mulanya hubungan antara Wikrama Wardhana dan Wirabhumi
berjalan dengan baik. Wirabhumi tetap mengakui kekuasaan pemerintahan pusat.
Sekitar tahun 1400 M hubungan itu mulai retak sehingga mengakibatkan Perang
Paregreg (1401-1406 M).
Meletusnya Perang Paregreg disebabkan Wirabhumi tidak
puas dengan pengangkatan Suhita menjadi raja menggantikan Wikrama Wardhana.
Dalam perang Paregreg itu, Wirabhumi berhasil dikalahkan (peristiwa ini menjadi
dasar cerita Damarwulan-Minakjinggo).
4. Kehidupan Ekonomi
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang
baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa, dan
Kamboja. Hal itu terbukti sekitar tahun 1370-1381 Majapahit telah beberapa kali
mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina
dari Dinasti Ming.
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara
tetangga itu sangat penting artinya bagi Kerajaan Majapahit. Khususnya dalam
bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan) karena wilayah kekuasaan
Kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan serta sebagai sumber
barang dagangan yang sangat laku di pasaran pada saat itu. Barang dagangan yang
dipasarkan antara lain beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh,
pala, kapas dan kayu cendana.
Dalam dunia perdagangan Kerajaan Majapahit memegang
dua peranan yang sangat penting, yaitu sebagai kerajaan produsen dan sebagai
kerajaan perantara.
5. Kehidupan Budaya
Bukti-bukti perkembangan kebudayaan di Kerajaan
Majapahit dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut.
Candi
Antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi
dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati
(blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan purba lainnya yang
terdapat di daerah Trowulan.
Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit awal di antaranya:
- Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca (tahun 1365).
- Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
- Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya.
cukup lengkap data kerajaan hindu budha di indnesia milik kamu
BalasHapuskamu ngapain nulis beginian... rajin amat
BalasHapus